Victoria
Wakum (2)
Ria Sari KA
Suara gong terdengar menggema ke
seluruh area gedung, pertanda pertandingan dilanjutkan.
Victoria telah bersiap-siap
memakai body protector dan menunggu
masuk bersama wasit ke dalam gelanggang.
Lawannya terlihat di sudut lain.
Sebelum masuk gelanggang, Victoria diam-diam berdoa sesuai dengan agamanya.
Hal itu terlihat oleh banyak pesilat di bagian atas tribun, juga seluruh
pelaksana pertandingan.
“Apa yang dia lakukan?” tanya
salah satu pesilat perempuan dari atas tribun kontingen Sentani yang
bersebelahan dengan kontingen Victoria. Siti yang terdengar itu mulai khawatir.
Tapi dia berusaha tenang, dan hanya mendengar orang-orang di sekitarnya saling
berkomentar.
“Jadi gadis itu Nasrani?” tanya salah satu
pesilat dari kontingen Sarmi. Siti melihat mereka semua tampak kaget.
“Saya tidak sangka. Kita semua
tertipu oleh jilbabnya,” tutur Alfisyar.
Dari kejadian itu, kemudian
timbul desas-desus identitas Victoria. Ditambah lagi kata-kata Alfisyar yang
nadanya semakin memanaskan suasana.
Pertandingan pun dimulai. Setelah
melakukan salam tapak suci, wasit pun memberi aba-aba mulai. Victoria dan
lawannya segera memasang sikap. Tak seperti di awal, kini Victoria langsung
mendekat dan menyerang. Ia melepaskan serangan kaki berkali-kali disusul
serangan tangan.
Lawannya dari sudut biru pun
membalas beberapa serangan kaki yang berhasil di tangkis Victoria. Tiba-tiba
lintasan serangan lawannya mengarah keatas, mengenai bibir Victoria, hingga
berdarah. Wasit menghentikan pertandingan dan memisahkan mereka.
“Aaaa...” suara Victoria yang
sedikit terdengar meringis saat tim medis menyuruhnya membuka mulut setelah berkumur.
Bibir dan rahangnya luka sehingga banyak mengeluarkan darah.
Dengan mata berkaca-kaca dan
merah menahan sakit, Victoria mulai kembali melanjutkan petandingan. Wasit pun
memberi teguran satu kepada lawannya, dan mengurangi 5 poin di pihak lawan.
Setelah wasit memulai pertandingan kembali, Victoria mengulur waktunya dengan
berputar-putar tanpa serangan.
Tapi lawannya melancarkan
serangan tangan yang mengenai body
protector Victoria, disusul serangan kaki. Kali ini Victoria dengan sigap
menangkapnya dan langsung membanting sehingga merobohkan kuda-kuda lawan. Wasit
pun menghentikan pertandingan dan memulainya kembali.
Victoria mulai mendekati lawan
dengan serangan tangan, disusul serangan kaki. Keduanya merapat. Saat itu
terjadi hal yang tak terduga oleh Victoria. Lawannya melakukan serangan patahan
yang menggunakan alat penyasar siku ke arah lintasan bawah. Serangan itu
mengenai lutut kanan Victoria, yang langsung terjatuh ke lantai karena mengenai
sendinya.
“Aaaaaa.” Lagi-lagi Victoria
berteriak refleks. Rasa sakit langsung menjalar di bagian pahanya. Karena
posisi yang sangat rapat dan membelakangi ketua pertandingan, insiden itu
sepintas tidak tampak. Pada saat mendengar teriakan itulah juri dan wasit
bertanya-tanya kejadiannya. Tim medis kembali dipanggil untuk menanganinya.
“Apa yang kau rasakan?” tanya Pak
Altaf khawatir.
“Dia melakukan serangan
pelanggaran, Pak. Serangan patahan,” papar Victoria dengan suara lirih sambil
menahan sakit.
Dalam Tapak Suci, ada tiga
serangan yang tidak diperbolehkan karena membahayakan lawan, yaitu cengkeraman,
patahan, dan gigitan. Jika dalam pertandingan, pesilat melakukan serangan itu,
maka dianggap pelanggaran dan bisa mengurangi nilai.
“Sendi paha yang berhubungan
dengan sendi lututnya memar. Warnanya kebiruan,” kata dokter. “Saya bisa
sarankan kepada juri agar pertandingan tidak dilanjutkan jika Bapak
mengiginkan.”
Pak Altaf menimbang. Ia tidak
mungkin begitu saja memutuskan menghentikan pertandingan Victoria yang telah
membanggakannya dengan segala usahanya. Namun di sisi lain, dia juga jauh lebih
mengkhawatirkan kondisi Victoria.
“Baiklah, hentikan pertandingan.
Saya ingin pesilat saya mundur,”
tegas pak Altaf.
“Tidak! Saya mampu. Saya tidak
akan mundur hanya karena mengalami cedera ini,” kata Victoria meyakinkan.
“Tapi itu membahayakan dirimu,
Victoria,” kata Pak Altaf.
“Tolong beri saya kepercayaan,
Pak. Saya bisa melanjutkan pertandingan.”
Mendengar keputusan Victoria,
maka pertandingan akan tetap dilaksanakan.
Hal itu sangat mengagetkan lawannya yang berada di sudut biru.
Victoria berjalan
terpincang-pincang. Lawannya memanfaatkan kondisi itu dengan mengambil
kesempatan menyerangnya. Namun ketika lintasan serangan tangan dilayangkan,
tiba-tiba suara peluit dibunyikan sebagai pertanda usainya pertandingan ronde
pertama.
Dengan menyelonjorkan kaki sambil
berkumur-kumur, Victoria melihat ke arah pelatihnya. Sorotan mata pak Altaf
yang tajam mengarah kepadanya, tersirat sejumlah makna yang dapat dipahami oleh
Victoria.
“Pesilat.” Suara wasit memantul
ke seluruh gedung yang memecahkan riuh peserta, pendukung, dan juga pesilat
yang berasal dari masing-masing kontingen. Wasit telah memulai pertandingan.
Victoria pun memasang kuda-kuda
yang tak lagi kokoh sambil tetap melangkah ke arah lawan. Dengan cepat lawan menyerang
dengan serangan kaki yang mengarah ke rusuk kiri. Victoria langsung mengelak.
Ia bahkan menangkap lawannya, lalu dibanting dengan serangan jatuhan. Wasit
menghetikan, dan memulainya kembali.
Meski Victoria merasakan sakit
yang luar biasa, kelihaian dan kecepatannya ternyata tidak luntur.
Keduanya merapat dan serangan
tangan berkali-kali dilayangkan Victoria sehingga tak memberi celah bagi lawan
untuk menyerang. Victoria terus melancarkan serangan tangan, disusul serangan
kaki, dan diakhiri dengan serangan kedua tangannya dengan lintasan uluh hati
hingga lawannya terjatuh.
Lawannya mulai geram. Emosinya
semakin tak terkendali. Ketika aba-aba mulai dinyatakan wasit. Lawan melangkah
dan langsung melakukan serangan harimau. Sayangnya, serangan itu tidak
terjangkau mengenai body protector.
Kesempatan itu diambil Victoria dengan tusukan serangan tangan yang
bertubi-tubi.
Spontan serangan Victoria dibalas
dengan tendangan lawan mengarah ke kaki kanan Victoria yang cidera dengan alat
penyasar punggung kaki lawan.
Peluit dibunyikan seirama dengan
teriakan Victoria yang semakin meringis menahan sakit. Ronde kedua telah
berakhir.
Ketua pertandingan memberi
pengumuman yang disambut riuh penonton, terutama dari tribun Kontingen Abepura.
“Pertandingan partai putri babak
final dimenangkan oleh Victoria Wakum dari Kontingen Abepura.”
Setelah melepaskan body protector yang dia gunakan,
Victoria pun berjalan kembali ke tribun kontingennya. Sesampainya di tribun
kontingen Siti menyambutnya dengan pelukan.
“Lihat Victoria, semua pesilat
dari berbagai kontingen melihat ke arahmu!” ujar Siti kepada Victoria. Sorotan
itu dianggap Victoria wajar karena kemenangan yang diperolehnya. Padahal dia
keliru. Semua tatapan tajam yang mengarah padanya bukan karena kemenangan, tapi
karena kepercayaannya sebagai seorang Nasrani.
“Selamat! kau berhasil
membuktikan kemampuanmu,” ujar Pak Altaf diikuti rasa haru dari raut wajahnya.
Zona bahagia telah menyelimuti
kontingen Abepura dengan kemenangan yang diraih beberapa atletnya. Salah
satunya Victoria. Namun di sisi lain desas-desus mengenai indentitas Victoria
seorang Nasrani telah terdengar hingga ke telinga juri.
Tradisi Tapak Suci begitu kental
dengan nuansa Islam sejak perkembangannya di daerah Jawa. Hal itu membuat
pelaksanaan pertandingan Tapak Suci dalam rangka kejuaraan invitasi silaturahim
tidak mengikutsertakan non-muslim di ajang pertandingan. Meski tak ada
peraturan secara tertulis.
“Setelah usai pertandingan hari
ini diharapkan seluruh wasit segera berkumpul di ruang panitia,” ujar Juri
Ketua Panitia yang berkumis tebal melalui pengeras suara.
Pertemuan
tersebut membahas beberapa agenda untuk besok, termasuk nama-nama yang keluar
sebagai pemenang pun telah didata serta dikirim melalui email ke Pimpinan Pusat
sebagai laporan seluruh kegiatan yang telah terlaksana di Papua.
***
Keesokan harinya,
seluruh pesilat dari masing-masing kontingen pun
mulai berbaris seperti saat pembukaan pertandingan. Acara penutupan yang
dijadwalkan pun mulai dilaksanakan.
Walau seluruh badan Victoria
terasa remuk akibat kejadian yang dilaluinya kemarin, dia tetap berjalan dengan
kegembiraan dan tidak
menampakkan rasa sakit.
“Wah, sebentar lagi kamu akan
melakukan prosesi penyerahan piala pertama pertandingan terbesar perguruan kita
di gedung ini,
Victoria,” tutur Siti dengan raut gembira menjelang pengumuman pemenang.
“Aku
tidak menyangka akan memperoleh piala pertama,” pikir Victoria dengan raut wajah
berseri-seri.
Kontingen Abepura memperoleh
juara umum I pesilat terbaik Kejuaraan Invitasi Silaturahim tahun ini. Kemudian
dilanjutkan dengan pengumuman perolehan juara per-individu. Dimulai dari
kontingen Koya Barat dan diakhiri kontingen Abepura. Satu persatu nama pemenang
telah disebutkan dari pesilat putra maupun putri.
“Victoria Wakum dan …,” kata juri
mengumumkan pemenang, yang mendadak dipotong oleh teriakan.
“Dia bukan pemenang!” teriak
salah satu pesilat. “Bagaimana mungkin seorang Nasrani keluar sebagai pemenang.
Dia tidak pantas!”
Mendengar pernyataan itu, seluruh
wasit maupun juri kaget dan kebingungan.
“Dia tidak layak ikut dalam
ajang Kejuaraan Invitasi Silahturahim
ini,” lanjut pesilat itu dengan wajah penuh kemarahan dan tidak terima dengan
kehadiran Victoria. Semua sorot mata tertuju kepada Victoria yang sejak kemarin
menjadi buah bibir peserta dari seluruh kontingen.
Desas-desus itu langsung
berkembang. Pada puncaknya, para wasit, juri, dan seluruh pelatih setiap
kontingen berkumpul untuk mengambil keputusan.
“Pertandingan ini diselenggarakan sebagai
syiar agama Islam, juga dakwah. Pertandingan ini bukan hanya bertujuan
menyebarkan perguruan kita ke seluruh penjuru tapi juga mengokohkan ajaran
Islam,” papar ketua pertandingan yang dianggap orang yang dituakan.
“Lalu bagaimana seorang Nasrani
bisa menyusup ke dalam pertandingan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu?” tanya
pelatih Kontingen Sarmi.
“Sebelumnya saya minta maaf.
Victoria adalah salah satu murid saya,” kata Pak Altaf. “Saya menyertakannya
dalam pertandingan kali ini, sebab saya berpikir dia tidak ada bedanya dengan
semua pesilat yang juga turut berpartisipasi.”
“Ya, lalu Anda mengelabui kami
semua dengan jilbab yang Anda berikan padanya?” tanya pelatih Kontingen Merauke
dengan nada sinis.
“Ini pembodohan. Seorang Nasrani
tidak pantas mengikuti ajang ini. Anda seharusnya tahu itu. Kemenangan
seorang Nasrani diawal akan menghancurkan akidah agama kita dan mengubah semua
tradisi yang telah kita
pertahankan,” lanjut pelatih Kontingen Sarmi. Tampaknya, dia masih terbawa emosi
atas kekalahan Alfisyar Muamaroh.
“Berbicara mengenai kepantasan,
apakah kita layak berada di sini?” tanya Pak Altaf dengan mengedarkan pandangan
kepada semua yang berkumpul. “Bukankah kita yang tidak pantas berada di Tanah
Salib ini? Di sini mayoritas umat Kristiani, dan saya bertahun-tahun lahir dan
tinggal di sini, tak seorang pun dari
mereka yang mempertanyakan
kepantasan saya tinggal di lingkungan mereka.”
Hening sejanak.
“Tapi hari ini, kita berkumpul di
tempat ini memperdebatkan masalah yang belum tentu mereka perdebatkan,” tandas
Pak Altaf.
“Itu hanya pembelaan diri pribadi
Anda saja,” sahut pelatih
Kontingen Merauke.
Berbagai agurmentasi antar
pelatih terus membanjiri pengambilan keputusan yang seharusnya dilaksanakan dengan musyawarah.
“Nah, ini juga kesalahan pihak
pelaksana yang tidak selektif dalam menyelenggarakan kegiatan kejuaraan ini,”
kata pelatih Kontingen Biak.
“Tapi, pak Altaf ini benar. Kita
juga harus tahu diri dan tidak fanatik terhadap hal seperti ini. Lagi pula
perguruan kita ini sudah bertaraf nasional, tapi kok masih mempermasalahkan hal seperti ini,”
tutur pelatih Kontingen Sorong.
“Maksud Anda apa?” tukas pelatih
Kontingen Biak.
“Sudahlah, coret saja nama anak
Nasrani itu dari kejuaraan ini. Lihat saja. Gara-gara dia, kita berkumpul di
tempat ini hanya untuk berdebat,” kata pelatih Kontingen Sarmi.
“Saya tidak menyangka, semudah
itu Anda ingin mencoret nama pesilat saya yang telah berjuang dengan
kemampuannya,” kata Pak Altaf dengan raut kekecewaan. “Jika hanya mencari
kemudahan, Anda tidak pantas menjadi pelatih perguruan silat mana pun.”
Suasana semakin tegang.
“Jika keputusan akhir adalah
mengangkat Nasrani itu sebagai juara, kami akan keluar meninggalkan perguruan
Tapak Suci,” tegas pelatih Kontingen Sarmi yang merasa terhina dengan penyataan
pak Altaf itu.
Karena semua bersikokoh dengan
pendapat masing-masing di antara pelatih ataupun juri, ketua pertandingan yang
berusia 70 tahun itu pun bersuara.
“Tenang, tenang. Kita di ruangan
ini untuk mencari jalan keluar yang arif dan bijaksana. Bukan saling
menyalahkan satu sama lain,” tutur ketua pertandingan.
“Bagaimana jika kita panggil
Victoria, dan menanyakan bagaimana tanggapan dia mengenai permasalahan ini.
Apabila jawaban dia memuaskan di antara kalian, maka terserah kalian nanti akan melakukan
apa!” tegas Ketua Pertandingan.
Mendengar pernyataan ketua
pertandingan yang paling dihormati itu, semua wasit, juri, maupun pelatih
terdiam hingga kedatangan Victoria.
“Victoria, kamu memang menang
dalam kejuaraan ini. Tetapi dalam peraturan perguruan ini, meski tidak secara
tertulis, non-muslim masih dalam pertimbangan apakah boleh atau tidak
diikutsertakan dalam lomba. Bagaimana tanggapanmu, Victoria?”
Victoria berfikir
sejenak. Ia memandang Pak Altaf, lalu menjawab pertanyaan itu. “Jika
memang keberadaan saya dipertanyakan, atau bahkan menimbulkan perpecahan di
dalam kejuraan ini, sebaiknya saya didiskualifikasi saja. Saya mengerti.”
Jawaban Victoria
membuat sebagian besar juri puas, meskipun beberapa yang lainnya tetap
bersikeras bahwa Victoria diperbolehkan memegang gelar kejuaraan.
Ketua
Pertandingan akhirnya mengumumkan bahwa Victoria berhak atas penghargaan itu.
Di akhir pernyataannya, Ketua Pertandingan menyampaikan pesan yang tidak
dilupakan oleh seluruh hadirin di gelanggang itu, “Kejuaraan Tapak Suci ini
bukan saja menguji fisik dan mental kita sebagai pesilat, tetapi lebih dari itu
kejuaraan ini juga menguji kejernihan hati kita untuk menerima dan menghormati
mereka yang berbeda.”
***Cerpen ini telah dimuat dalam buku Cerita dari Timur karya Dzikry el Han, dkk diterbitkan oleh Sekolah Menulis Papua, Oktober 2015.
Casino of the Day - MapyRO
BalasHapusWelcome 동해 출장샵 to Casino of the Day, where we'll find the 태백 출장마사지 best and latest slot games to play and win 밀양 출장마사지 big! 파주 출장안마 Mapyro - Hotel 충청남도 출장샵 and Casino.