Plagiat Aksara 2
“ Plagiat adalah virus yang meracuni inspirasi dalam diri,
sehingga terkadang bisanya dapat mematikan
imajinasi seniman tersebut saat berkarya.”
Papua memiliki dua cahaya dalam berkarya
Cahaya
gelap dan cahaya terang
Cahaya
gelap adalah ketandusan jiplakan
dari inspirasi yang mandul
Cahaya
terang adalah suatu kesucian yang terlahir saat hikmat bakat begitu besar
mengaliri anugerah inspirasi tanpa henti
Cahaya
gelap didominasi oleh calon penguasa yang lebih suka memamerkan angkuh
kuantitas ketimbang memperlihatkan mutu kualitas
Cahaya
terang dimotori oleh kualitas pikiran yang orisinil tanpa jiplakan apalagi
hanya mengejar kuantitas
Cahaya
gelap adalah tangan-tangan terdidik yang tak merasa berdosa kalau buah karya
mereka sesungguhnya laksana ringkasan dari pola pikir penulis lain
Cahaya
terang adalah perbedaan yang dapat dengan mudah membedakan siapa pencuri dan
siapa yang tercuri
Cahaya
gelap adalah mereka yang mengaku diri intelektual serta telah menulis banyak
buku bagi perkembangan Papua akan tetapi pola pikir mereka begitu kental
terbaca hasil saduran dari pemikiran orang lain
Cahaya
terang adalah segelintir minoritas penulis yang hampir tak terbaca oleh mata
saat jemari mereka mewarnai Papua dengan karya mutlak tanpa mencuri buah pikir
orang lain yang pernah ada
Papua
memiliki dua khas warna dalam menulis
Yang
satunya berhias tikungan pendek akan tetapi curam
Sedang
yang lainnya bermaterikan tanjakan panjang menanjak penuh halangan yang hanya
dapat dilalui oleh nurani yang disucikan oleh api kejujuran semangat tanpa
kenal lelah
Yang
satunya adalah kabut-kabut yang terlihat begitu samar tanpa jati diri
Sedang
lainnya adalah kebanggaan yang memperkenalkan kreatifitas diri pada congkak
dunia
Warna
hitam adalah orang-orang pintar yang di depan atau di belakang nama tertera
berderet titel ilmu pengetahuan demi hiasan lambang gengsi
Warna
putih adalah jiwa-jiwa yang dianugerahi oleh bakat dan inspirasi berlimpah
melebihi ilmu pendidikan yang disajikan oleh mahalnya derajat bangku akademisi
Warna
hitam ibarat airmata yang dirundung getir kepedihan
Warna
putih tak ubah rindu yang didamba banyak hati penuh cinta
Di
manakah engkau menepuk dada
Kalau
dadamu kau tepuk di rangkul pertama
Engkau
adalah kebodohan yang begitu kosong pengetahuannya akan tetapi memperlihatkan
kelemahanmu laksana kelebihan yang dibanggakan pada mata dunia yang tersipu
malu penuh hinaan
Kalau
dadamu kau tepuk di rangkul kedua
Engkau
adalah keabadian cermin yang selalu bersemayam di ujung lidah kebanggaan ucap
rakyat Papua saat kehidupan menuturkan namamu
Di
manakah karyamu berada
Kalau
karyamu terletak di dekap pertama
Sesungguhnya
engkau bagaikan bandit yang mencuri di keremangan dusta bertopeng intelektual
Papua
Kalau
karyamu terletak di dekap kedua
Sesungguhnya
engkau adalah inspirasi yang dirindu banyak jiwa dengan mahkota perubahan dalam
menggapai jemari masa depan bagi terlahirnya SDM Papua tercinta
Di
manakah kebahagiaan dapat kau rengkuh wahai penulis-penulis Papua ?
Kalau
kebahagiaan kau rengkuh di ladang pertama
Engkau
adalah letusan kalimat sia-sia yang keluar tanpa malu dari mulut-mulut dusta
tiada menjangkau senyum kesejukan dalam arti kebanggaan
Kalau
kebahagiaan kau rengkuh di ladang kedua
Engkau
adalah cahaya bagi turunnya ilham yang menumbuhkan benih-benih cinta dalam
menyinari literatur sastra penuh makna kasih sayang di jalan seni bagi
keindahan Papua pada khususnya dan dunia pada luasnya.
Polimak Sastra News, 19/08/2012, “ Meludah”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar