Kamis, 01 September 2016

Puisi Igir Al Katiri: Plagiat Aksara 2



Plagiat Aksara 2



“ Plagiat adalah virus yang meracuni inspirasi dalam diri, sehingga terkadang bisanya dapat mematikan imajinasi seniman tersebut saat  berkarya.”

Papua memiliki dua cahaya dalam berkarya

Cahaya gelap dan cahaya terang

Cahaya gelap adalah ketandusan jiplakan 
dari inspirasi yang mandul


Cahaya terang adalah suatu kesucian yang terlahir saat hikmat bakat begitu besar mengaliri anugerah inspirasi tanpa henti



Cahaya gelap didominasi oleh calon penguasa yang lebih suka memamerkan angkuh kuantitas ketimbang memperlihatkan mutu kualitas



Cahaya terang dimotori oleh kualitas pikiran yang orisinil tanpa jiplakan apalagi hanya mengejar kuantitas



Cahaya gelap adalah tangan-tangan terdidik yang tak merasa berdosa kalau buah karya mereka sesungguhnya laksana ringkasan dari pola pikir penulis lain


Cahaya terang adalah perbedaan yang dapat dengan mudah membedakan siapa pencuri dan siapa yang tercuri


Cahaya gelap adalah mereka yang mengaku diri intelektual serta telah menulis banyak buku bagi perkembangan Papua akan tetapi pola pikir mereka begitu kental terbaca hasil saduran dari pemikiran orang lain


Cahaya terang adalah segelintir minoritas penulis yang hampir tak terbaca oleh mata saat jemari mereka mewarnai Papua dengan karya mutlak tanpa mencuri buah pikir orang lain yang pernah ada

Papua memiliki dua khas warna dalam menulis

Yang satunya berhias tikungan pendek akan tetapi curam

Sedang yang lainnya bermaterikan tanjakan panjang menanjak penuh halangan yang hanya dapat dilalui oleh nurani yang disucikan oleh api kejujuran semangat tanpa kenal lelah


Yang satunya adalah kabut-kabut yang terlihat begitu samar tanpa jati diri


Sedang lainnya adalah kebanggaan yang memperkenalkan kreatifitas diri pada congkak dunia


Warna hitam adalah orang-orang pintar yang di depan atau di belakang nama tertera berderet titel ilmu pengetahuan demi hiasan lambang gengsi


Warna putih adalah jiwa-jiwa yang dianugerahi oleh bakat dan inspirasi berlimpah melebihi ilmu pendidikan yang disajikan oleh mahalnya derajat bangku akademisi



Warna hitam ibarat airmata yang dirundung getir kepedihan


Warna putih tak ubah rindu yang didamba banyak hati penuh cinta

Di manakah engkau menepuk dada

Kalau dadamu kau tepuk di rangkul pertama

Engkau adalah kebodohan yang begitu kosong pengetahuannya akan tetapi memperlihatkan kelemahanmu laksana kelebihan yang dibanggakan pada mata dunia yang tersipu malu penuh hinaan


Kalau dadamu kau tepuk di rangkul kedua

Engkau adalah keabadian cermin yang selalu bersemayam di ujung lidah kebanggaan ucap rakyat Papua saat kehidupan menuturkan namamu

Di manakah karyamu berada

Kalau karyamu terletak di dekap pertama

Sesungguhnya engkau bagaikan bandit yang mencuri di keremangan dusta bertopeng intelektual Papua


Kalau karyamu terletak di dekap kedua

Sesungguhnya engkau adalah inspirasi yang dirindu banyak jiwa dengan mahkota perubahan dalam menggapai jemari masa depan bagi terlahirnya SDM Papua tercinta


Di manakah kebahagiaan dapat kau rengkuh wahai penulis-penulis Papua ?

Kalau kebahagiaan kau rengkuh di ladang pertama


Engkau adalah letusan kalimat sia-sia yang keluar tanpa malu dari mulut-mulut dusta tiada menjangkau senyum kesejukan dalam arti kebanggaan

Kalau kebahagiaan kau rengkuh di ladang kedua

Engkau adalah cahaya bagi turunnya ilham yang menumbuhkan benih-benih cinta dalam menyinari literatur sastra penuh makna kasih sayang di jalan seni bagi keindahan Papua pada khususnya dan dunia pada luasnya.


Polimak Sastra News, 19/08/2012, “ Meludah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar